Selama pandemi, semakin banyak layanan digital yang muncul di masyarakat. Hal ini membuat kualitas koneksi internet harus semakin baik karena menjadi tulang punggung layanan digital.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi, yang menyebut layanan digital tak ada artinya tanpa dukungan infrastruktur digital yang memadai.
“Berbicara soal layanan digital, semua tak ada artinya tanpa dukungan infrastruktur digital, yaitu jaringan dan layanan internet yang memungkinkan semua aktivitas digital kita dapat dijalankan,” ujar Heru.
Saat ini menurut Heru internet juga menunjukkan jati dirinya sebagai pendorong transformasi digital dan lokomotif pertumbuhan ekonomi digital. Seiring dengan kebutuhan masyarakat yang meluas dan tren pemanfaatan internet ke arah metaverse, kebutuhan internet berkualitas pun meningkat.
Baca juga: Ini Dia Provider Internet Kabel Terbaik di Indonesia
Ditambahkannya, secara umum, berapa kecepatan download dan upload yang ditawarkan penyedia layanan internet menjadi parameter yang akan jadi perhatian di awal ketika kita memilih penyedia layanan internet.
Apalagi, akses berbagai layanan video, termasuk menggunakan aplikasi meeting, kecepatan upload dan download yang tidak memadai membuat film yang ditonton maupun meeting menjadi tidak nyaman. Persoalan sering kali muncul karena yang ditawarkan provider internet tidak sama dengan yang pengguna rasakan.
“Ini diistilahkan dengan throughput performance. Lewat parameter ini dapat diketahui penyedia internet mana yang menawarkan layanan sesuai fakta dan mana yang sekadar alat berjualan, atau gimmick ke pelanggan saja,” jelasnya.
Riset Enciety
Heru pun memaparkan laporan riset Enciety Business Consult terkait quality of service (QoS) provider fixed broadband melalui direct observation (DO) di delapan kota di Indonesia, yakni Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Balikpapan, dan Makassar yang dirilis Februari lalu, yang menarik untuk dicermati.
Riset membandingkan realisasi performa download speed yang dirasakan pelanggan dengan kecepatan download yang dijanjikan provider (throughput performance). DO dilakukan pada sembilan provider, yaitu IndiHome, Biznet, CBN, First Media, Iconnet, MNC Play, MyRepublic, Oxygen, dan XL Home.
Hasilnya, layanan lima provider punya rata-rata throughput performance paling baik, yakni IndiHome (102%), diikuti MyRepublic (96%), CBN (84%), Oxygen (82%), dan Firstmedia (80%). Sementara itu, rata-rata throughput performance Biznet 33%.
Khusus untuk Jakarta, dari segi kecepatan download, untuk Paket 85 Mbps Biznet, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 30,2 Mbps dengan throughput 36%.
Selanjutnya, untuk paket 50 Mbps MyRepublic, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 44,2 Mbps dengan throughput 88%. Sedangkan untuk IndiHome, mayoritas masih berlangganan paket 20 Mbps ke bawah, pelanggan mendapatkan rata-rata kecepatan download 20,6 Mbps dengan throughput 103%.
Latency
Selain itu, menurut Heru, guna mendukung tantangan kebutuhan dan tren maraknya layanan data berbasis video streaming, gim, e-sport, dan video conference, serta pemanfaatan internet ke arah metaverse yang serba virtual, ada beberapa parameter lain yang perlu menjadi perhatian provider internet dan kebutuhan pelanggan, yaitu latency.
Latency adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengirimkan suatu data sampai ke tujuan, yang diukur dalam satuan milisecond (ms). Angka latency yang bagus tentunya mendekati angka nol, yang berarti layanannya lebih baik.
Berdasarkan riset Enciety, tiga provider yang menempati peringkat latency sangat baik (2,0 ms), yakni IndiHome, MNC Play, dan MyRepublic. Posisi berikutnya ditempati oleh Biznet (3,0 ms), Oxygen (3,0 ms), Iconnet (4,0 ms), XL Home (4,0 ms), First Media (13,0 ms), dan CBN (15,0 ms).
“Hasil yang dilaporkan Enciety tentu ke depan akan bersifat dinamis. Perubahan posisi dan angka pencapaian bisa saja terjadi. Namun, dengan kebutuhan pengguna dan tren layanan, jelas terlihat bahwa ada tantangan dan parameter baru terkait layanan internet berkualitas,” tutur Heru, yang pernah menjadi diaspora digital Indonesia di Jerman, Amerika Serikat, dan Arab Saudi.
Pada akhirnya, pengguna pun akan memilih penyedia dengan layanan berkualitas berdasarkan parameter upload, download, serta latency. Sementara itu, provider ditantang untuk menyediakan layanan berkualitas secara maksimal.
sumber : https://inet.detik.com/telecommunication/d-5980879/layanan-digital-menjamur-internet-harus-makin-stabil/2